|
SIMBOL DAN TRADISIMITONI
A. Pengertian
Simbol
Simbol merupakan
pertanda akan adanya sesuatu hal. Sejak zaman dulu kala manusia sudah mulai
mengenal adanya simbol.Seperti misalnya warna yang memiliki makna simbol
tersendiri.Manusia sendiri yang menciptakan simbol sebagai kebutuhan dalam hidup,
salah satunya dalam berkomunikasi.Sebagai contohadalah bahasa.Bahasa sangat penting
digunakan dalam masyarkat untuk melakukan komunikasi.Tanpa bahasa/komunikasi
manusia sangat sulit untuk berinteraksi dengan yang lainnya.
46
|
Simbol adalah tanda yang berfungsi
untuk mengekspresikan suatu harapan.Simbol dapat menggambarkan rencana dan
maksud dari orang yang menggunakannya untuk suatu hal.Dalam pandangan religius,
simbol dipandang sebagai ungkapan indrawi atas realitas yang transendent.[2]Banyak
sekali definisi yang mengungkap arti simbol.Dapat disimpulkan secara garis
besar simbol merupakan suatu hal atau tindakan yang memimpin pemahaman suatu
subyek kepada obyek tersebut.Sedangkan manusia sendiri sangatlah susah untuk
memahami realitas kehidupan tanpa perantara simbol. Menggunakan simbol manusia
lebih mudah untuk mengerti dan memahami maksud dan makna dalam kehidupan.
Falsafah hidup Jawa tidak bisa
terlepas dari tradisi kebudayaan orang Jawa. Orang Jawa/mereka akan terus
menerus melestarikan warisan leluhur sebelumnya, walaupun zaman sudah semakin
maju dan tradisi kebudayaan tersebut tidak dapat luntur seiring perkembangan
zaman. Acara slametan merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan merupakan simbol ungkapan rasa berbakti.Serta mendoakan
keselamatan bagi anggota keluarga dan leluhurnya yang sudah meninggal.[3]
Ungkapan rasa syukur yang masyarakat
lakukan adalah dengan terus menjaga dan melestarikan budaya dari nenek moyang.Perkembangan
sejarah kebudayaan Jawa sampai sekarang masih terus dilacak dan diteliti secara
mendalam.Pelacakan dan penelitian digunakan untuk melengkapi data-data sejarah
kebudayaan Jawa yang sudah ada.Masyarakat domestik maupun masyarakat manca
Negara sangat tertarik dengan adat dan istiadat dari negeri tercinta ini yang
kaya dengan budayanya.Kita sebagai penerus bangsa bila tidak menjaga budaya
leluhur maka jangan salah kalau Negara tetangga mengklaim budaya yang kita
miliki seperti yang sudah ada sebelumnya.
B. Macam-Macam
Simbol
Orang Jawasangat erat dengan simbol
dan bisa dikatakan tidak bisa dijauhkan dengan simbol.Simbol mencangkup dalamnya
ada bahasa, religi ataupun tradisi.Begitupun dalam suatu pewayangan terdapat
banyak sekali makna simbolisme.Demikian juga makna yang terkandung dalam manunggaling
kawulo gusti cukup mendapat tempat di hati orang Jawa.Simbol-simbol di
balik ungkapan itu terdapat banyak refleksi dan kontemplasi atas segala yang
ada demi kesempurnaan hidup.[4]
Adapun macam-macam simbol yang
terdapat dalam tradisi mitoni sebagai berikut:
1.
Simbol dalam Religi
Ketaatan kepada
Tuhan menjadi urusan yang sangat personal dan bersifat privasi.Banyak orang
mengagungkan simbol dan melepaskan nilai-nilai dasar dalam agama itu
sendiri.Agama tidak mementingkan simbol, tetapi simbol dalam agama hanyalah
sisi luar yang tidak dapat menjadi ukuran ketaatan seseorang kepada
agama.Sistem religious merupakan serangkaian simbol sakral yang dikerjakan
menjadi sebuah keseluruhan.Sistem ini menjadi dasar menuju pada pengetahuan
yang hakiki.[5]
Sistem religius
bukan merupakan suatu penalaran manusia melainkan dorongan spiritual yang
dipergunakan manusia untuk berkomunikasi dengan Ilahi.Simbol-simbol tersebut
bukan hanya bentuk luar yang menyembunyikan realitas religius, melainkan
merupakan suatu hal nyata untuk menjupai yang suci.Simbol-simbol ini mampu
berbagi dengan suatu hal mitos yang berkaitan dengan kesadaran manusia.Hal
tersebut mampu menimbulkan emosi keagaman yang menggerkan jiwa manusia untuk
memohon pada Tuhan, dengan bersujud dihadapan-Nya.
2.
Simbol dalam Tradisi
Menurut
Koentjaraningrat, pengertian tradisi adalah: sistem aktivitas atau rangkaian
tindakan ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat dan berhubungan
dengan berbagai macam peristiwa biasanya terjadi dalam masyarakat. Sedangkan
berdasarkan bahasa tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio (diteruskan) atau kebiasaan, dalam pengertian paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.[6]
Tradisi
dibagi menjadi empat tingkatan diantaranya, tingkatan nilai budaya, nilai
moral, tingkatan hukum dan tingkatan aturan hukum.
a.
Tingkatan nilai budaya merupakan ide-ide yang
mengkonsepsikan hal-hal paling bernilai dalam kehidupan dan berakar pada emosi
jiwa manusia, misalnya gotong royong.
b.
Tingkatan nilai moral adalah norma-norma yang sudah
terkait dengan peranan masing-masing anggota dalam masyarakat, misalnya peranan
tentang jabatan.
c.
Tingkatan hukum adalah sistem atau peraturan yang
berlaku dan disepakati dalam masyarakat, misalnya hukum adat.
d.
Tingkatan aturan hukum yakni aturan-aturan khusus
dalam masyarakat dan bersifat konkrit, misalnya aturan sopan santun.[7]
3.
Simbol dalam Seni
Alam seni
merupakan satu aktivitas pola manusia dalam pengungkapannya penuh dengan
tindakan-tindakan simbol.Melalui seni, budaya yang tidak dapat diungkapkan bisa
dicurahkan dalam bentuk simbol.Tindakan simbolis banyak diungkapkan
manusia melalui alam seninya. Alam seni yang terdiri dari beberapa macam yakni,
seni rupa, seni sastra, seni suara, seni tari dan lain sebagainya.[8]
Sedangkan di dalam tradisi mitoni yang dilakukan masyarakat jawa
merupakan salah satu tradisi yang harus dilestarikan masyarakat Jawa. Seperti
halnya waktu ditentukan untuk melakukan tradisi tradisi yakni usia kandungan harus
genap 7 bulan.[9]Tindakan
simbolis yang diuraikan diatas juga terdapat dalam tradisi ini.Tindakan religi
dalam tradisi mitoni mengajarkan untuk mengucap syukur dan selalu memohon pada
Tuhan yang memberikan kehidupan.Setelah itu tindakan tradisi menjadi dasar
masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Apabila tradisi
ini tergeser dengan budaya lain, maka akan mempengaruhi pola tatanan
masyarakat. Disebabkan sudah tidak adanya aturan-aturan yang mengikat dan
menjadi pondasi dalam bermasyarakat.Tindakan seni menjadi upaya masyarakat Jawa
untuk mengapresiasikan seni.Seperti yang terdapat dalam busana saat setelah
siraman dilakukan.Busana merupakan bagian dari seni rupa dan memiliki aturan
simbolis baik untuk pakaian. Corak yang terdapat dalam busana tersebut
menandakan setiap tingkahlaku dan tanda kebersamaan dalam tingkatan ilmu maupun
usia.
C. Fungsi
Simbol
Simbol merupakan suatu penghubung
untuk menjalin komunikasi setiap manusia.Seperti yang sudah dijelaskan bahwa simbol
sangat berkaitan langsung dengan manusia. Begitu halnya mereka menggunakan simbol
pasti mengerti dan paham apa fungsi simbol bagi kehidupannya. Simbol merupakan
suatu pertanda atau isyarat yang sudah disepakati.
Simbol dan tanda memiliki perbedaan
dalam pengertiannya.Simbol merupakan sesuatu yang dianggap sebagai gambaran
atas realitas dan pemikiran.Sedangkan tanda adalah penjelasan atau pemaknaan
atas suatu hal.Misalnya, bendera merah putih merupakan bendera bangsa Indonesia
dan ini merupakan simbol Negara.Dan bendera merah dalam lingkungan masyarakat
merupakan tanda adanya kematian. Maka dari itu pemaknaan antara simbol dan
tanda jangan dicampur menjadi satu, karena akan memberikan arti yang berbeda.Simbol
memberikan kesempatan untuk merefleksikan dirinya dan pemaknaan dalam konteks
tertentu.Dengan menciptakan suatu simbol, manusia semakin masuk dalam
kehidupannya dan semakin terlibat didalamnya.
Fungsi simbol terbagi menjadi tiga
macam fungsi, diantaranya:
1.
Fungsi ekspresi, yang menjelaskan tentang bidang seni,
mitos maupun bahasa.
2.
Fungsi intusional, menjelaskan tentang komunikasi
ataupun perasaan yang terdapat dalam bahasa.
3.
Fungsi konseptual, dapat dilihat dalam tanda-tanda
yang ada dalam keilmuan sains.
Tidak hanya itu fungsi simbol juga
terdapat dalam lingkungan sekitar kita seperti misalnya simbol-simbol dalam
pendidikan pramuka.Seperti yang diajarkan oleh Pembina dalam pendidikan
pramuka.Misalnya; simbol ‘siaga’ untuk menandakan bahwa kita harus siap-siap
meninggalkan lokasi bila adanya bencana (gunung meletus).[10]Simbol
ini berarti kondisi lingkungan tersebut masih dalam jangkauan stabil dan masih
dalam taraf rendah.Selanjutnya simbol ‘waspada’ yang menandakan bahwa
masyarakan harus segera dan bergegas untuk meninggalkan lokasi. Ini bertujuan
agar dalam proses evakuasi tidak mengalami kendala yang cukup sulit. Kondisi
ini bisa diartikan kita harus segera pergi dan mencari tempat yang lebih
aman.Dan yang terakhir adalah ‘awas’, simbol ini menandakan bahwa kita harus
mengosongkan lokasi agar tidak terkena bencana tersebut.
D. Hubungan
Simbol Dengan TradisiMitoni
Masyarakat Jawa
dalam kehidupan sehari-hari masih sering sekali menggunakan perhitungan-perhitungan
yang cukup rumit dalam menetukan hari, bulan atau tahun.Seperti halnya
penepatan tanggal pernikahan yang mengkaitkan weton sang mempelai dengan keluarganya dan mengacu pada primbon
jawa. Tetapi, warisan leluhur ini tidak lain adalah yang menggambarkan tentang
keadaaan masyarakat Jawa dengan segala nilai- nilai yang terkandung di
dalamnya.
Dalam selametan-selametan
sering di buat sesaji.Penyerahan sesaji digunakan pada saat tertentu dalam
suatu tradisi atau tradisi.Sesaji digunakan dalam rangka percaya terhadap
makhluk halus, di tempat-tempat tertentu, seperti di bawah tiang rumah, di
persimpangan jalan, di kolong jembatan dan di bawah pohon-pohon besar, di tepi
sungai, serta tempat-tempat lain yang dianggap keramat dan mengandung bahaya
gaib.
Sesajipada
umumnya merupakan campuran dari tiga macam bunga (kembang telon), kemenyan,
uang receh dan kue apem yang ditaruh di dalam besek kecil atau bungkusan daun
pisang.Ada pulasesaji yang dibuat pada Selasa Kliwon danJum’at Kliwon.Sesaji
ini bisa dibilang sangat sederhana karena hanya terdiri dari tiga macam bunga
yang dimasukkan ke dalam gelas berisi setengah air dan bersama-sama sebuah
pelita ditempatkan di atas meja untuk dikutug.Inipun ditunjukkan agar
ruh-ruh tidak mengganggu ketenangan dan keselamatan dari para anggota seisi
rumah.[11]
Beberapa persembahan merupakan
ungkapan rasa menghormati kepada leluhur (sesaji).Masing-masing uborampe mempunyai ciri khas dan makna
yang dalam. Tanpa memahami makna, rasanya persembahan sesaji akan terasa hambar
dan mudah menimbulkan prasangka buruk, dianggap sesat, tak ada tuntunannya dan
syirik. Tetapi semua prasangka itu tentu datang dari hasil pemikiran yang tak
cukup informasi untuk mengenal dan memahami apa makna hakekat di balik semua
itu.
1. Perlengkapan
Mitoni
a. Jembangan
Jembangan
ini berisi air setaman.Air setaman adalah air yang diberi bunga.Bunga ini
meliputi bunga mawar, kenanga, kantil dan melati.Bunga melambangkan kesucian
baik dari sisi batin maupun dalam tingkah laku dan sikap.[12]
Jarik
merupakan sejenis selendang/kain yang digunakan dalam tradisi guna menutupi
tubuh.Jarik di sini menggunakan 7
macam jarik, diantaranya:
·
Wahyutemurun
Maknanya agar bayi menjadi orang
yang selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
·
Sidamukti
Maknanya adalah bayi yang akan
lahir memiliki kewibawaan dan kebahagiaan.
·
Sidaluhur
Maknanya adalah agar anak memiliki
budi pekerti luhur.
·
Sidaasih
Maknanya adalah agar anak
mendapatkan cinta kasih dan mempunyai sifat welas asih.
·
Sidadadi
Maknanya adalah agar kelak anak
akan menjadi orang sukses.
·
Samenrama
Maknanya adalah agar bayi memiliki
rasa cinta kasih terhadap sesama.
·
Sidaderajat
Maknanya adalah diharapkan bayi
kelak mendapatkan derajat yang lebih tinggi dalam hidupnya.
c. Dingklik
(kursi)
Sebuah kursi kecil yang digunakan
untuk duduk saat calon ibu dan ayahnya dimandikan dengan cara di siram memakai siwur.[14]Kursi
ini dilengkapi dengan berbagai dedaunan diantaranya; daun beringin
(melambangkan perlindungan dari Tuhan), daun kluwih (dianugerahi banyak kelebihan), daun dadapserep (melambangkan ketentraman).Tidak hanya dedaunan kursi
tersebut dibalut dengan kain putih (melambangkan kesucian).
d. Janur
Kuning
Janur melambangkan kemenangan,
dalam arti setiap hambatan dan rintangan telah dimusnahkan.Seperti halnya hari
kemenangan yang menggunakan janur kuning.Janur kuning juga melambangkan tolak blalak atau penangkal.Disamping
itu juga menggambarkan sebagai sinar surga.
e. Telur
Ayam 7
Telur ayam melambangkan
embrio/janin yang ada dalam kandungan.
f.
Cengkir
Gading
Cengkir
Gading adalah Kelapa muda yang berwarna kuning melambangkan
ketampanan dan kecantikan.
g. Siwur
Siwur
digunakan sebagai alat untuk memandikan.
2. PeralatanMitoni
a. Tumpeng
7
Bilangan dari 7 melambangkan bahwa
umur kehamilan sudah menginjak tujuh bulan.Tumpeng
ini dilengkapi juga dengan lauk pauk dengan perlengkapan seperti tempe, tahu,
telur daging, ikan asin dan rempeyek, tidak lupa kuluban/gudangan sebagai
sayurannya.[15]
Lauk-pauk dan sayuran di sini juga memiliki arti sebagai lambang dari
kemakmuran keluarga yang akan dibangunnya.Adapun simbol tumpeng yang berbentuk kerucut mengartikan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b.
Tumpeng
Robyong dan Tumpeng
Gundhul
Tumpeng
Robyong dilengkapi dengan sayuran kuluban/gudangan, sedangkan tumpeng
gundhul tanpa ada hiasan.Kedua tumpeng ini melambangkan arti ketaqwaan dan
memohon dianugerahi keselamatan.
c.
Sekul
Punar
Sekul
Punar disebut juga dengan nasi kuning.Warna kuning yang
mengartikan sinar.Jadi kelahiran seorang bayi adalah lambang kehidupan dalam
keluarganya.
d. Jenang
Jenang/bubur
memiliki makna secara universal yakni ucapan rasa syukur kepada kakang kawah adi ari-ari atau saudara
dalam kandungan. Adapun Jenang/bubur terdiri
dari berbagai macam warna yang memiliki arti tersendiri, diantaranya:[16]
·
Jenang
baro-baro abang melambangkan saudara dalam kandungan
yakni darah dan juga mengartikan tentang keberanian.
·
Jenang
baro-baro puteh melambangkan saudara dalam kandungan
yakni air kawah/darah putih dan kesucian, seperti halnya proses melahirkan
bagaikan peperangan suci.
·
Jenang
baro-baro kuning melambangkan air dan udara, sinar kelahiran
dari sang jabang bayi, seperti warna nasi kuning.
·
Jenang
baro-baro ijo melambangkan diri sendiri dan
kesuburan, keharmonisan keluarga.
·
Jenang
baro-baro ireng melambangkan pusar.
·
Jenang
Plotrok
Jenang
Plotrok merupakan jenang putih yang diatasnya ada 2 buah
pisang.Jenang ini melambangkan
kelancaran saat proses melahirkan.
e.
Babon
Angkrem/ingkung
Babon
angkrem/ingkung adalah ayam jawa dengan kelamin betina
yang dimasak utuh.Ayam ini melambangkan gambaran seorang ibu yang mengandung
anak selama 9 bulan 10 hari.
f. Apem
Apem
berasal dari kata afwam atau afuan yang berarti permintaan maaf. Apem
melambangkan permohonan maaf dari sang ibu kepada orang-orang yang ada
disekitarnya atau kepada siapa saja.
g.
Sekul
Gurih
Sekul
gurih atau nasi gurih yang melambangkan pangan, dalam
arti bahwa permohonan untuk dianugerahi pangan yang berlimpah.Sekul gurih diartikan juga sebagai caos prengetan kasucen marang Gusti.
h. Sego Golong
Sego
golong melambangkan gambaran bumi seisinya, gegolong bumine sak kabehe.
i.
Replika bayi
Replica bayi terbuat dari tepung
beras yang dipadatkan dengan sedikit air dan kemudian dibentuk menyerupai
boneka/bentuk bayi.Replika ini terdiri dari dua macam, yakni jenis kelamin
laki-laki dan perempuan.
j.
Rujak
Rujak
mengartikan sebagai kebiasaan nyidam yang sering dialami oleh calon ibu.Dimana rasa rujak yang dibuat oleh
calon ibu, juga menentukan jenis kelamin bayi yang akandilahirkan. Jika rujaknya pedas,
mengindikasikan si bayi berjenis kelamin perempuan.Lalu para tamu diperkenankan
membeli rujak dengan uang bohong-bohongan, yaitu uang dari pecahan genting
tanah liat atau kreweng.[17]
k. Jajanan pasar
Jajanan
pasar atau tukon
pasar,tukonberarti
jumlah hari ada 7 dan pasaran 5.Melambangkan
suatu
kerukunan dan kebersamaan yang erat walaupun ada perbedaan, tenggang rasa.
3. TradisiMitoni
Tradisi mitoni yang
diadakan masyarakat desa Bendosaripada malam sabtu pahing/wagedalam usia
kandungan genap 7 bulan.Adapun tata cara dalam tradisi mitoni di desa bendosari
sebagai berikut:sungkeman, siraman,
sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, wiyosan, kudangan, bobokan.[18]
a. Sungkeman
Sungkeman
adalah acara permohonan maaf dan doa oleh calon ibu dan bapak kepada orang tua.
b. Siraman
Siraman
adalah mandi atau dimandikan.Sebelumnya calon ibu dan bapak ganti busana dengan
menggunakan jarik yang sudah
disiapkan.[19]Kemudian
mereka duduk dan disiram/dimandikan oleh orang tua mereka dan sesepuh yang
dituakan.Adapun orang yang memandikan ini juga berjumlah 7 orang, salah satunya
adalah sesepuh adat.Air yang digunakan berasal dari 7 sumber mata air dengan
ditaburi bunga setaman.Untuk calon ibu dan bapak saat dimandikan, posisi mereka
mengahadap ke wetan atau timur.Wetan dalam hal ini bermakna wiwitan/permulaan,
karena calon ibu sudah siap menjadi ibu.
c. Sesuci
Sesuci
adalah bersuci, yang dalam agama islam yakni berwudhu. Kepada calon ibu yang
melakukan sesuci dengan menggunakan
air yang dikucurkan oleh sang ayah mertua bertujuan supaya ia dapat menjaga
setiap tingkah laku.
d.
Pecah
Pamor
Pecah
Amor
adalah memecah sebuah kendhi yang
merupakan pecahnya sebuah kawah atau ketuban.
e. Brojolan
Brojolan
dilakuan oleh calon ayah dengan menjatuhkan sebutir telur dari dada calon ibu.[20]Brojolan ini kelancaran yang akan
dialami oleh calon ibu saat melahirkan natinya.
f. Sigaran
Singaran
adalah membelah kelapa yang dilakukan oleh calon bapak melambangkan jenis kelamin
sang jabang bayi kelak.
g. Nyampingan
Nyampingan
adalah calon ibu mengenakan jarik
secara simbolis dan bergatian sampai 7 kali dari yang bermotif rumit hingga
bermotif sederhana.[21]Motif kain tersebut adalah: Sidomukti (melambangkan kebahagiaan), Sidoluhur (melambangkan kemuliaan), Truntum (melambangkan agar nilai-nilai
selalu dipegang teguh), Parangkusuma
(melambangkan perjuangan untuk tetap hidup), Semen rama (melambangkan agar cinta kepada kedua orangtua yang
sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama-selamanya atau tidak
terceraikan), Udan riris
(melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir
selalu menyenangkan), Cakar ayam
(melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya).
h. Wiyosan
Wiyosan
adalah seperti brojolan, tetapi ini
menggunakan kelapa yang dimasukkan dalam dada calon ibu nantinya ditangkap oleh
kedua calon eyang putri.
i.
Kudangan
Kudangan
adalah menimang-nimang cucu yang dilakukan oleh kedua calon eyang putri dengan menggunakan simbol
bayi.
j.
Bubukan
Bubukan
adalah menidurkan bayi di tempat yang sudah disediakan.
k. Kenduri
Kenduri/kondangan merupakan penutup dari tradisimitoni.Acara ini bermakna ucapan syukur
bahwa seorang yang mengandung anak pertama dalam pernikahannya.[22]
Disamping itu juga meminta doapada semua warga dan Tuhan yang Maha Esa agar
diberikan keberkahan dan keharmonisan dalam keluarga. Disamping itu juga tuan
rumah juga memberikan sodaqoh berupa
nasi, lauk-pauknya sebagai ucapan syukur.
Masyarakat Bendosari selalu menjaga
tradisi ini agar tidak hilang terkikis zaman, terutama tentang tradisi
mitoni.Banyak masyarakat sekitar yang sudah melupakan warisan dari leluhur
tersebut. Mereka menganggap uapcara ini banyak memakan biaya dan keluar dari ajaran
islam. Dalam ajaran islam menurut mereka yang tidak meyakini tradisi ini, tradisi
mitoni tersebut tergolong sirik dan mengesampingkan Allah. Islam mengajarkan
bahwa memperingati kandungan yang sudah berusia tujuh bulan dengan membaca 4
surat dalam al-Qur’an yakni surat yusuf, Mariam, waki’ah.
Uniknya dari desa bendosari ini adalah
tidak meninggalkan tradisi dari leluhur dan tidak meninggalkan ajaran islam
yang diyakininya. Kedua ajaran ini berjalan berirama dalam satu tujuan yang
sama. Jadi tidak adanya selisih paham yang mementingkan satu dengan yang
lainnya.Saling menjaga dan melestarikan budaya agar tidak terkikis oleh zaman,
langkah inilah yang dilakukan oleh masyarakat Bendosari.
[1] Pius Partanto dan M.
Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), h. 708.
[2] Taufik, dkk.,Religion
and Ritual (Jakarta: Buku Antar Bangsa, 1998), h. 38.
[3] M. Bambang Pranowo,
Memahami Islam Jawa (Jakarta: Insep, 2009), h. 287.
[4] Purwadi, Mutiara
Luhur Pujangga Jawa(Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2005), h. 114.
[5] Van Peursen, Strategi Kehidupan (Yogyakarta:
Kanisius, 1988), h. 95.
[6] Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Balai
Pustaka, 1997). h. 199.
[9] Dewi Astuti, Adat-Istiadat Masyarakat Jawa Barat, (PT. Sarana Panca Karya Nusa,
2009). h. 38.
[11] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
(Jakarta: Djambatan, 2004), h. 348-349.
[12]Suwarna, Tradisi Tingkeban (Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa, 2003). h. 4
[13]http://chandrarini.com/tradisi-tingkeban-nujuh-bulanan, Diakses pada
tanggal 20 September 20013.
[14] Suwarna, Tradisi Tingkeban. h. 10
[16]Wawancara dengan Bp
Cipto(63 th) pada tanggal 21 Oktober 2013, selaku sesepuh desa Bendosari.
[17]Purwadi, Tradisi Tradiional Jawa: Menggali Untaian
Kearifan Lokal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). h. 74.
[18]Suwarna, Tradisi Tingkeban,h. 32
[19]http://yuni-1991-adatbudayajawa.blogspot.com/2011/12/tradisi-adat-jawa.html,Diakses pada tanggal
30 Oktober 2013.
[20] Purwadi, Tradisi Tradisional Jawa: Menggali Untaian
Kearifan Lokal, h. 76
[21]Dewi Astuti, Adat-Istiadat Masyarakat Jawa Barat, h. 25.
[22]M. Madchan Anies, Tahlil
dan Kenduri (Tradisi Santri dan Kiai), (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010).
h. 109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar