BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Humanisme
Kartono lahir karena keinginannya untuk mencari hakikat hidup di dunia, hakikat
hidup di dunia bagi Kartono adalah mengabdi kepada Allah. Agar supaya
pengabdian Kartono sempurna, dan bisa ber-manunggal dengan Allah maka Kartono
menghabiskan hidupnya untuk mengabdi kepada sesama manusia. Baginya mengabdi
sesama manusia merupakan ibadah wajib, dan usaha untuk ber-taqorrub kepada
Allah. Model humanisme Kartono adalah humanisme religius, religius bersifat
Islam, dan bernuansa Jawa, sehingga ada istilah yang lebih tepat yaitu
humanisme kejawen. Jika dikatakan humanisme kejawen maka
sudah terlihat bahawa humanisme Kartono bernilai religius dan bernuansa Jawa.
Kartono bisa dikatakan Islam Kejawen karena ajarannya selaras dengan prinsip-prinsip
Islam Kejawen yang penulis paparkan pada bab sebelumnya. Berpijak kepada
pencarian hakikat hidup di dunia akhirnya pemikiran humanisme Kartono bisa
dipahami lewat ilmu Kantong Bolong, Kantong Kosong, dan
Ilmu Sunyi (Sunji). Ketiga ilmu di atas hakikatnya adalah
ilmu yang mengajarkan pengabdian diri kepada sesama manusia.
2. Hubungan
humanisme Kartono dengan hakikat hidup di dunia sangatlah jelas, baginya
pencarian hakikat hidup di dunia itulah yang
melahirkan
pemikiran humanis. Mendapatkan hakikat hidup di dunia, maka manusia mendapatkan
jalan untuk ber-manunggal dengan Allah.
3. Jika
dikaitkan dengan masalah masyarakat Indonesia sekarang, humanisme Kartono dapat
dijadikan solusi, dan masih relevan untuk diaplikasikan. Banyaknya kejahatan
yang merugikan manusia disebabkan karena jauhnya manusia sekarang terhadap
Tuhan, hal ini menyebabkan turunnya moral dan kejahatan merajalela. Masyarakat
Indonesia yang berbuat jahat tidak sadar, bahwa bentuk kejahatan yang mereka
lakukan sudah merugikan, membuat sengsara, dan tidak aman bagi rakyat Indonesia
yang lain.
B. SARAN
1. Akademis
Penelitian tentang
pemikiran R.M.P.Sosrokartono masih sangat sedikit yang membahasnya, padahal
pemikiran beliau bisa dilihat dari aspek lain, selain humanisme, seperti
filsafat estetika, tasawuf, pluralisme dan kebatinan. Peneliti berharap kepada
para akademisi, penelitian ini bisa dijadikan bacaan awal untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
2. Masyarakat
Sosok
R.M.P.Sosrokartono yang banyak sekali berkorban demi merdekanya bangsa
Indonesia, yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat pada saat itu hingga akhir
hayatnya, tetapi masyarakat Indonesia hampir tidak ada yang mengenang jasanya.
Peneliti berharap, dengan adanya penelitian ini masyarakat akan lebih paham
siapa Kartono, dan bagaimana sepak terjangnya melawan penjajahan Belanda dan
Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar